Pemberdayaan Masyarakat Lewat Kerajinan Rotan
Pemberdayaan Masyarakat Lewat Kerajinan Rotan
Berita tentang Kerajinan Rotan di Indonesia terus menggeliat dikutip dari Okezone .com sebagai berikut Lengang menyapa ketika masuk kawasan sentra kerajinan rotan di kelurahan Balearjosari, Kota Malang, Jawa Timur. Suasana di jalanan, warga sekitar sibuk berkutat dengan pekerjaannya masing-masing di ruang-ruang samping rumah atau bangunan membuat kerajinan aneka olahan dari rotan. dengan demikian kerajinan rotan di Indonesia masih lestari
Salah satunya di Tiban Jaya Rotan, yang dikelola Imam Budiono, di depan rumahnya gak banyak aktifitas yang mencolok, kesibukan justru berada di samping rumahnya yang berdiri bangunan yang luasnya sekira 7×4 meter itu. Puluhan pekerja atau perajin rotan tampak sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ada yang membuat kursi, menganyam, membuat sketsel atau penyekat ruangan, craft, hiasan interior, dan lain-lain.
“Saya buka bisnis ini sejak enam tahun lalu,” kata Imam Budiono kepada Okezone, belum lama ini.
Meski menjadi pemimpin di bawah bisnis yang digelutinya ini, Imam mengaku gak dapat memprodaksi sendiri, menganyam atau membuat kursi sendiri juga gak dapat. Namun, ide dan gagasan semua desain dan corak berasal dari pemikirannya. Sehingga prodaksinya kini menjadi salah satu yang paling digemari pembeli yang berasal dari seluruh Indonesia.
Ulet, kreatif, dan selalu memprodaksi desain yang baru menjadi andalannya dalam menggeluti bisnis ini. Meski bahan baku rotan yang cenderung menurun pasokannya dalam beberapa tahun terakhir, Imam tak kehilangan akal. Bahan-bahan lokal yang mudah di dapat di sekitar Malang pun dia olah.
Mendong dari wajak, serta eceng gondok, pun menjadi salah satu pelengkap prodaknya di tengah pasokan rotan yang gak menentu. prodaknya juga mengolah bahan sintetis dengan desain yang diinginkan pembeli. Berkat kreatifitas dan gak bergantung dengan bahan utama rotan, bisnis Imam tetap bertahan hingga kini.
Imam menceritakan, jika awal membuka bisnis dirinya hanya mempunyai empat orang pekerja. Namun, kini sudah berkembang dan memiliki 30 orang karyawan yang setiap hari memprodaksi pesanan dari pelanggannya, mulai dari kafe, restoran, rumah makan, hotel, dan toko-toko furnitur.
Kerajinan Rotan Banjir Pesanan
Selain melayani pesanan dari berbagai daerah, Imam juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengirimi beberapa prodaknya untuk di display di gerai-gerai yang banyak berdiri di pinggir jalan pintu masuk Kota Malang. Ada sekitar 20 toko yang dia suplai. “Kalau laku baru dibayar, kita saling percaya saja, apa yang laku dan prodaknya apa yang dijual saya malah gak tahu,” ujar Imam. Pengrajin berharap suatu saat Kerajinan Rotan akan banjir pesanan.
Meski dapat dibilang cukup besar, namun Imam mengaku tak pernah mempunyai pembukuan yang baik. Selama ini, ia hanya mengatur bisnisnya dengan santai dan saling percaya baik dengan karyawan maupun pelanggan.
“Alhamdulillah, sejak awal buka hingga sekarang gak pernah sepi, saya juga gak pernah punya stok, semua yang anda lihat (sambil menunjuk tumpukan prodaksi berbagai bentuk) adalah pesanan orang,” ujar Imam.
Di showroom yang luasnya sekira 5×4 meter, bersebelahan dengan ruang prodaksi, memang menumpuk berbagai hasil kerajinan rotan, baik furnitur, craft, hiasan dinding, penyekat ruangan, dan lain-lain. Hampir tak ada ruang kosong untuk tempatnya menerima tamu. Hanya ada satu stel kursi dan meja untuk menerima pemesan di pojok depan dengan luas sekira 2 meter persegi.
Ia bahkan selalu kebanjiran order dari pembeli lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Bali, Surabaya, dan beberapa daerah lain. Dia meyakini jika pasar kerajinan rotan di dalam negeri masih berpeluang bagus. Sehingga dirinya gak pernah berpikir untuk mengekspor.
“Melayani pesanan dalam negeri saja masih banyak, ada prodak saya memang yang diekspor, tapi gak melalui saya,” ujarnya.
Menurutnya, melayani pemesan dalam negeri saja, penghasilan bersih yang didapatkan mencapai Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan. Jumlah itu sudah dipotong untuk membayar 30 orang karyawan, angsuran bank, kebutuhan rumah tangga, dan keperluan lainnya.
Prodaksi Kerajinan Rotan Perlu didukung Bahan Baku yang Berkualitas
prodaksinya dalam sepekan saja untuk penyekat ruangan dapat mencapai 200 unit, dengan harga per pintunya rata-rata Rp100 ribu. prodak sktesel atau penyekat ruangan ini juga terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, rotan, mendong, atau eceng gondok. Oleh karena itu prodaksi Kerajinan Rotan perlu didukung bahan baku yang berkualitas.
“Harus kreatif, gak melulu rotan, bahan-bahan lokal pun dapat menjadi prodak yang berkualitas ekspor dengan desain yang menarik,” ujarnya.
Kelurahan Balearjosari, Kota Malang memang menjadi sentra perajin rotan sejak puluhan tahun lalu. Ada yang gulung tikar, ada yang bertahan, ada juga yang beralih ke bisnis lain.
Ada sekitar 23 unit bisnis rumahan yang berkembang di kelurahan ini. Bahkan di tahun 1990 an terkenal sebagai pengekspor mebel rotan yang cukup populer.
Namun, kini banyak perajin yang menggunakan anyaman dari bahan sintetis, mendong, serta eceng gondok untuk prodak furniturnya. Bahan rotan juga tetap digunakan meski gak semua prodak menggunakan bahan rotan. Namun, ada juga yang menggunakan rotan untuk jenis tertentu atau sesuai pesanan.
Pemberdayaan Masyarakat Lewat Kerajinan Rotan
Berita tentang Kerajinan Rotan di Indonesia terus menggeliat dikutip dari Okezone .com sebagai berikut Lengang menyapa ketika masuk kawasan sentra kerajinan rotan di kelurahan Balearjosari, Kota Malang, Jawa Timur. Suasana di jalanan, warga sekitar sibuk berkutat dengan pekerjaannya masing-masing di ruang-ruang samping rumah atau bangunan membuat kerajinan aneka olahan dari rotan. dengan demikian kerajinan rotan di Indonesia masih lestari
Salah satunya di Tiban Jaya Rotan, yang dikelola Imam Budiono, di depan rumahnya gak banyak aktifitas yang mencolok, kesibukan justru berada di samping rumahnya yang berdiri bangunan yang luasnya sekira 7×4 meter itu. Puluhan pekerja atau perajin rotan tampak sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ada yang membuat kursi, menganyam, membuat sketsel atau penyekat ruangan, craft, hiasan interior, dan lain-lain.
“Saya buka bisnis ini sejak enam tahun lalu,” kata Imam Budiono kepada Okezone, belum lama ini.
Meski menjadi pemimpin di bawah bisnis yang digelutinya ini, Imam mengaku gak dapat memprodaksi sendiri, menganyam atau membuat kursi sendiri juga gak dapat. Namun, ide dan gagasan semua desain dan corak berasal dari pemikirannya. Sehingga prodaksinya kini menjadi salah satu yang paling digemari pembeli yang berasal dari seluruh Indonesia.
Ulet, kreatif, dan selalu memprodaksi desain yang baru menjadi andalannya dalam menggeluti bisnis ini. Meski bahan baku rotan yang cenderung menurun pasokannya dalam beberapa tahun terakhir, Imam tak kehilangan akal. Bahan-bahan lokal yang mudah di dapat di sekitar Malang pun dia olah.
Mendong dari wajak, serta eceng gondok, pun menjadi salah satu pelengkap prodaknya di tengah pasokan rotan yang gak menentu. prodaknya juga mengolah bahan sintetis dengan desain yang diinginkan pembeli. Berkat kreatifitas dan gak bergantung dengan bahan utama rotan, bisnis Imam tetap bertahan hingga kini.
Imam menceritakan, jika awal membuka bisnis dirinya hanya mempunyai empat orang pekerja. Namun, kini sudah berkembang dan memiliki 30 orang karyawan yang setiap hari memprodaksi pesanan dari pelanggannya, mulai dari kafe, restoran, rumah makan, hotel, dan toko-toko furnitur.
Kerajinan Rotan Banjir Pesanan
Selain melayani pesanan dari berbagai daerah, Imam juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengirimi beberapa prodaknya untuk di display di gerai-gerai yang banyak berdiri di pinggir jalan pintu masuk Kota Malang. Ada sekitar 20 toko yang dia suplai. “Kalau laku baru dibayar, kita saling percaya saja, apa yang laku dan prodaknya apa yang dijual saya malah gak tahu,” ujar Imam. Pengrajin berharap suatu saat Kerajinan Rotan akan banjir pesanan.
Meski dapat dibilang cukup besar, namun Imam mengaku tak pernah mempunyai pembukuan yang baik. Selama ini, ia hanya mengatur bisnisnya dengan santai dan saling percaya baik dengan karyawan maupun pelanggan.
“Alhamdulillah, sejak awal buka hingga sekarang gak pernah sepi, saya juga gak pernah punya stok, semua yang anda lihat (sambil menunjuk tumpukan prodaksi berbagai bentuk) adalah pesanan orang,” ujar Imam.
Di showroom yang luasnya sekira 5×4 meter, bersebelahan dengan ruang prodaksi, memang menumpuk berbagai hasil kerajinan rotan, baik furnitur, craft, hiasan dinding, penyekat ruangan, dan lain-lain. Hampir tak ada ruang kosong untuk tempatnya menerima tamu. Hanya ada satu stel kursi dan meja untuk menerima pemesan di pojok depan dengan luas sekira 2 meter persegi.
Ia bahkan selalu kebanjiran order dari pembeli lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Bali, Surabaya, dan beberapa daerah lain. Dia meyakini jika pasar kerajinan rotan di dalam negeri masih berpeluang bagus. Sehingga dirinya gak pernah berpikir untuk mengekspor.
“Melayani pesanan dalam negeri saja masih banyak, ada prodak saya memang yang diekspor, tapi gak melalui saya,” ujarnya.
Menurutnya, melayani pemesan dalam negeri saja, penghasilan bersih yang didapatkan mencapai Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan. Jumlah itu sudah dipotong untuk membayar 30 orang karyawan, angsuran bank, kebutuhan rumah tangga, dan keperluan lainnya.
Prodaksi Kerajinan Rotan Perlu didukung Bahan Baku yang Berkualitas
prodaksinya dalam sepekan saja untuk penyekat ruangan dapat mencapai 200 unit, dengan harga per pintunya rata-rata Rp100 ribu. prodak sktesel atau penyekat ruangan ini juga terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, rotan, mendong, atau eceng gondok. Oleh karena itu prodaksi Kerajinan Rotan perlu didukung bahan baku yang berkualitas.
“Harus kreatif, gak melulu rotan, bahan-bahan lokal pun dapat menjadi prodak yang berkualitas ekspor dengan desain yang menarik,” ujarnya.
Kelurahan Balearjosari, Kota Malang memang menjadi sentra perajin rotan sejak puluhan tahun lalu. Ada yang gulung tikar, ada yang bertahan, ada juga yang beralih ke bisnis lain.
Ada sekitar 23 unit bisnis rumahan yang berkembang di kelurahan ini. Bahkan di tahun 1990 an terkenal sebagai pengekspor mebel rotan yang cukup populer.
Namun, kini banyak perajin yang menggunakan anyaman dari bahan sintetis, mendong, serta eceng gondok untuk prodak furniturnya. Bahan rotan juga tetap digunakan meski gak semua prodak menggunakan bahan rotan. Namun, ada juga yang menggunakan rotan untuk jenis tertentu atau sesuai pesanan.